Ekonomi
5 Versi Macan Asia dari Bank Dunia dan IMF, Apakah Indonesia Termasuk?
Temukan bagaimana Indonesia dibandingkan dengan 5 versi Macan Asia dari Bank Dunia dan IMF, serta apa artinya bagi masa depan ekonomi negara ini.

Saat kita meninjau ramalan ekonomi terbaru dari Bank Dunia dan IMF, menjadi jelas bahwa jalur pertumbuhan Indonesia semakin mendapatkan tantangan. Proyeksi menunjukkan tingkat pertumbuhan yang moderat sebesar 4,7% di tahun 2025, angka yang terasa cukup rendah jika dibandingkan dengan pesaing berkembang seperti Bhutan dan Tajikistan, yang diperkirakan akan tumbuh sebesar 7% dan 6,7%, secara berturut-turut. Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan tentang ketahanan ekonomi dan potensi pertumbuhan Indonesia di tengah lanskap yang semakin kompetitif.
Laporan IMF bulan April 2025 menyoroti bahwa pertumbuhan Indonesia terutama didukung oleh permintaan domestik yang kuat dan investasi asing. Meskipun ini menjanjikan, tekanan eksternal seperti hambatan perdagangan sedang menimbulkan bayangan terhadap prospek ekonomi kita.
Kita tidak bisa mengabaikan bahwa Bank Dunia telah merevisi proyeksi pertumbuhan Indonesia menjadi 4,8% untuk tahun 2026, menunjukkan bahwa tantangan ekonomi global sedang mempengaruhi. Penyesuaian ini mencerminkan tren yang lebih luas yang mempengaruhi pasar negara berkembang di seluruh Asia, di mana harapan pertumbuhan semakin menurun.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target pertumbuhan ambisius sebesar 5,2% sebagai bagian dari visi ‘Indonesia Emas 2045’, dengan tujuan mencapai PDB per kapita sebesar US$25.000 pada tahun 2045, dari US$5.000 saat ini. Meskipun target ini patut diapresiasi, pencapaiannya membutuhkan lebih dari sekadar aspirasi.
Dibutuhkan kebijakan makroekonomi yang efektif untuk menavigasi kompleksitas lingkungan ekonomi saat ini. Kita harus bertanya: apakah kita siap mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh meningkatnya hambatan perdagangan dan tekanan eksternal lainnya?
Realitanya adalah potensi pertumbuhan Indonesia tetap signifikan, tetapi kita harus mengelolanya secara strategis. Untuk mengatasi penurunan ramalan ini, kita perlu memperkuat ketahanan ekonomi kita melalui diversifikasi dan inovasi.
Ini berarti tidak hanya menarik investasi langsung asing tetapi juga membina industri domestik yang mampu menahan guncangan eksternal. Dengan melakukan hal ini, kita dapat menciptakan ekonomi yang lebih tangguh dan mampu berkembang bahkan dalam masa yang tidak pasti.