Lingkungan
Sekarang Hanya Tinggal 14,6 Km Dinding Laut di Pesisir Tangerang
Ombak menggulung di pantai Tangerang saat hanya tersisa 14,6 km dinding laut, namun apa dampaknya bagi nelayan lokal dan lingkungan?
![](https://tsnsurabaya.org/wp-content/uploads/2025/01/14_6_km_coastal_wall-1000x575.jpg)
Kita berada di persimpangan kritis dengan hanya 14,6 kilometer dari tembok laut di pantai Tangerang yang tersisa. Sejak Januari 2025, tim penghancur telah bekerja tanpa lelah, menghilangkan 15,5 kilometer sejauh ini. Usaha ini melibatkan 475 personel, termasuk nelayan lokal yang sangat vital untuk operasi yang efisien. Selama pembongkaran dinding, akses ke zona penangkapan ikan tradisional telah dipulihkan, memberi manfaat kepada hampir 4.000 nelayan lokal dan petani akuakultur. Perubahan ini tidak hanya membantu mata pencaharian tetapi juga mendorong pemulihan lingkungan. Komitmen terhadap upaya berkelanjutan mengisyaratkan masa depan transformatif untuk wilayah tersebut, yang mengundang eksplorasi lebih lanjut mengenai implikasinya.
Status Saat Ini dari Pembongkaran
Pada tanggal 26 Januari 2025, kami telah membuat kemajuan signifikan dalam membongkar pagar laut di pesisir Tangerang, dengan 15,5 kilometer telah dibongkar dari total 30,16 kilometer.
Ini menyisakan 14,66 kilometer lagi yang masih berdiri, namun upaya kami semakin mendapatkan momentum. Operasi pembongkaran dimulai pada tanggal 18 Januari, mengalami henti sebentar, dan dilanjutkan pada tanggal 22 Januari, menunjukkan tekad kami.
Keterlibatan 475 personel dari berbagai agensi, termasuk TNI AL, Bakamla RI, dan nelayan lokal, menonjolkan semangat kolaboratif yang mendorong kemajuan pembongkaran ini.
Kami telah mengidentifikasi tiga lokasi utama—Tanjung Pasir, Kronjo, dan Mauk—untuk kegiatan terfokus.
Pembongkaran pagar laut yang sedang berlangsung merupakan langkah penting menuju pemulihan kebebasan pesisir kami dan pemulihan bentang alam alami.
Personel dan Organisasi yang Terlibat
Pembongkaran pagar laut di Tangerang bukan hanya usaha struktural; ini adalah upaya yang melibatkan berbagai kelompok individu dan organisasi.
Sebanyak 475 personel terlibat dalam misi ini, termasuk anggota dari TNI Angkatan Laut, Bakamla RI, Polair, dan nelayan lokal. Kerja sama antar berbagai agensi maritim ini memastikan pelaksanaan yang efektif sambil mengatasi tantangan yang dihadapi oleh komunitas nelayan kita.
Dikerahkan di Tanjung Pasir, Kronjo, dan Mauk, tim-tim ini mencerminkan pendekatan yang terkoordinasi dengan baik. Nelayan lokal memainkan peran kritis, dengan meminjamkan perahu dan keahlian mereka untuk meningkatkan efisiensi operasional.
Bersama-sama, kita tidak hanya membongkar penghalang tetapi juga memupuk keterlibatan komunitas dan mendukung mata pencaharian yang bergantung pada perairan ini.
Dampak pada Komunitas Nelayan Lokal
Sementara pembongkaran pagar laut menandai perubahan struktural yang signifikan, dampak sesungguhnya sangat terasa dalam komunitas nelayan lokal di Tangerang.
Dengan penghapusan rintangan sepanjang 15,5 kilometer, sekitar 3.888 nelayan dan 502 petani akuakultur kini mendapatkan kembali akses ke area penangkapan ikan tradisional. Pemulihan ini tidak hanya mempersingkat rute navigasi tetapi juga menghidupkan kembali mata pencaharian nelayan, menciptakan harapan untuk pertumbuhan ekonomi.
Peran aktif komunitas dalam upaya pembongkaran telah menumbuhkan solidaritas, menunjukkan bagaimana aksi kolektif memperkuat ketahanan komunitas.
Saat kita merayakan akses baru ini, kita harus mendorong pengelolaan pesisir yang berkelanjutan untuk mencegah gangguan di masa depan. Bersama-sama, kita dapat memastikan bahwa warisan perikanan kita berkembang, mendukung tidak hanya mata pencaharian kita tetapi juga jalinan komunitas kita.