Kesehatan
Mengapa Lebih Banyak Dokter Kandungan Pria? POGI Menyampaikan Alasannya
Apakah persepsi masyarakat dan keterbatasan desain dapat menjelaskan disparitas gender dalam obstetri? Temukan faktor-faktor mengejutkan yang mempengaruhi tren ini.

Saat kita mengeksplorasi lanskap obstetri di Indonesia, sangat mencolok untuk dicatat bahwa dokter kandungan pria secara signifikan lebih banyak daripada rekan wanita mereka, dengan rasio hampir dua banding satu. Data terkini menunjukkan ada 3.460 dokter kandungan pria dibandingkan dengan 1.810 wanita. Ketidakseimbangan yang mencolok ini mendorong kita untuk mengeksplorasi alasan mendasar di balik fenomena ini, yang berhubungan dengan norma sosial dan pilihan karir yang dipengaruhi oleh stereotip gender.
Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap disparitas gender ini adalah persepsi masyarakat yang menganggap obstetri sebagai bidang yang lebih cocok untuk pria. Kita sering melihat kecenderungan bagi wanita muda yang mengejar karir medis untuk menghindari obstetri, memilih spesialisasi lain yang mungkin tampak lebih mengakomodasi kebutuhan gaya hidup mereka. Kecenderungan ini mungkin berasal dari keyakinan yang sudah tertanam tentang peran gender, yang menunjukkan bahwa prosedur bedah dan tuntutan tinggi obstetri lebih cocok untuk pria.
Kita perlu menantang stereotip ini untuk mendorong komunitas medis yang lebih beragam.
Selain itu, tuntutan fisik dari bidang obstetri dapat mencegah kandidat wanita. Persyaratan untuk ketersediaan 24 jam dan kesiapan untuk darurat bisa sangat menakutkan, terutama bagi wanita yang juga mungkin menanggung beban tanggung jawab keluarga. Ini menciptakan hambatan yang mencegah banyak wanita yang mampu untuk mempertimbangkan obstetri sebagai opsi karir yang layak.
Kenyaataannya adalah profesi ini, meski memberi imbalan, membutuhkan komitmen pribadi yang signifikan yang mungkin tidak sejalan dengan harapan masyarakat saat ini terhadap wanita.
Memperparah masalah ini adalah keterbatasan desain alat bedah, yang sebagian besar dibuat untuk tangan yang lebih besar. Pengabaian ini dapat mempersulit kemampuan wanita untuk melakukan operasi dengan efektif dan mungkin lebih lanjut mencegah mereka dari mengejar obstetri.
Jika kita ingin melihat perubahan dalam dinamika ini, kita harus mendorong pendekatan desain yang lebih inklusif yang mengakomodasi semua praktisi, tanpa memandang gender.
Untuk menumbuhkan representasi yang seimbang dalam obstetri, kita harus secara aktif mendorong wanita muda untuk menjelajahi spesialisasi ini dan menghancurkan stereotip yang membatasi pilihan karir mereka.
Dengan mendorong lingkungan yang menghargai keragaman dan inklusivitas, kita dapat menginspirasi generasi berikutnya dari dokter kandungan wanita. Sangat penting bagi kita untuk membentuk kembali narasi seputar peran gender dalam kedokteran, menciptakan jalur untuk semua dokter yang bercita-cita.
Dengan melakukan hal ini, kita tidak hanya memperkaya bidang obstetri tetapi juga memberdayakan wanita untuk mengambil tempat yang mereka hak di dalamnya.