Pendidikan

FSGI Mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk Menghentikan Pengiriman Siswa ke Barrack Militer

Memprotes terhadap pendidikan militer untuk siswa, FSGI menyoroti kekhawatiran kritis yang menantang dasar dari pembelajaran dan pertumbuhan yang efektif. Apa alternatif yang diajukan?

Seiring kita mempertimbangkan inisiatif terbaru dari pemerintah Jawa Barat untuk mengirim siswa yang berperilaku buruk ke barak militer, sangat penting untuk mengenali kekhawatiran besar yang disampaikan oleh Federasi Ikatan Guru Indonesia (FSGI). Inisiatif ini, yang diusulkan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, bertujuan untuk menangani perilaku siswa melalui program pendidikan militer.

Namun, FSGI menunjukkan bahwa pendekatan ini kurang memiliki dasar psikologis dan pedagogis yang penting untuk praktik pendidikan yang efektif. FSGI menegaskan bahwa program pendidikan militer ini dirancang secara buruk dan tanpa adanya kurikulum, silabus, maupun modul pengajaran yang jelas. Hal ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang perlakuan terhadap siswa sebagai subjek eksperimen daripada individu yang berhak mendapatkan pengalaman pendidikan yang terstruktur.

Kurangnya perencanaan semacam ini tidak hanya merusak potensi perubahan perilaku yang positif, tetapi juga berisiko menimbulkan kerugian secara psikologis bagi siswa yang mungkin sudah mengalami kesulitan. Kita harus bertanya pada diri sendiri: apakah lingkungan bergaya militer benar-benar dapat mendorong pertumbuhan dan kedisiplinan diri pada siswa?

Organisasi ini sangat mendukung praktik pendidikan berbasis bukti, dan mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk menghentikan inisiatif militer ini. Alih-alih menggunakan solusi militeristik, FSGI menyarankan agar program sekolah yang sudah ada, seperti pelatihan kepemimpinan dan pramuka, dievaluasi dan diperbaiki. Program-program ini dapat memberikan siswa keterampilan berharga dalam lingkungan yang lebih mendukung dan konstruktif, sebagai alternatif dari kekakuan pendidikan militer.

Dengan fokus pada kerangka kerja yang sudah ada, kita dapat menumbuhkan perilaku siswa sesuai dengan standar pendidikan dan menghormati martabat individu. Selain itu, FSGI menyerukan perlunya pendekatan multi-lembaga yang komprehensif untuk pengembangan siswa. Ini melibatkan kolaborasi dengan layanan sosial, departemen kesehatan, dan pemerintah daerah untuk secara efektif mengatasi akar penyebab masalah perilaku siswa.

Jelas bahwa strategi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan secara menyeluruh sangat penting untuk perubahan yang bermakna. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan sistem yang mendukung yang tidak hanya menangani perilaku menyimpang tetapi juga menumbuhkan ketahanan dan pertumbuhan di kalangan siswa kita.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Trending

Exit mobile version